AstroNesia ~ Saat ini kabut asap di Indonesia sudah cukup parah, tapi itu belum apa-apa bila dibandingkan dengan teror kabut asam di Mars. Ilmuwan telah menemukan jejak meteorologi aneh di Planet Mars, yakni kabut asam.
Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa kabut asam ini disebabkan oleh letusan gunung berapi di Planet Merah yang mampu melahap batuan.
Temuan itu muncul setelah peneliti Shoshanna Cole mengumpulkan berbagai data batuan kuno Planet Merah itu dari beberapa instrumen kendaraan penjelajah NASA di Mars, Spirit.
Dengan menggabungkan data dari penelitian sebelumnya di area Mars, Cole melihat ada beberapa pola menarik muncul. Spirit menguji batuan Watchtower Class pada puluhan lokasi mencakup 200 meter di area Cumberland Ridge dan Husband Hill pada kawah Gusev di Mars.
Pada pengamatan di area tersebut, instrumen Alpha Proton X-ray Spectrometer (APXS) Spirit menunjukkan komposisi kimia batu-batuan kuno tersebut memang sama, tapi batu tampak berbeda saat diuji dengan instrumen lain.
Pengujian pada area Cumberland Ridge oleh instrumen Mössbauer Spectrometer menunjukkan ada proporsi besi teroksidasi menjadi besi yang mengejutkan. Fenomena ini seolah-olah menunjukkan jika sesuatu telah bereaksi dengan besi pada batuan kuno ini dalam derajat berbeda.
Keadaan oksidasi besi mulai kisaran 0,43 sampai 0,94 yang membentang hanya 30 meter. Sementara itu, data Mössbauer Spectrometer dan Miniature Thermal Emission Spectrometer (Mini-TES) menunjukkan mineral dalam batuan kuno tersebut berubah dan kehilangan struktur kristal serta lebih tak terbentuk.
Tren perubahan ini sesuai dengan ukuran benjolan kecil, disebut Cole dengan aglomerasi (gumpalan), yang terlihat pada gambar Pancam and Microscopic Imager pada batuan kuno tersebut. "Jadi, kita bisa melihat kemajuan ukuran gumpalan itu dari barat ke timur dan perubahan besi dalam cara yang sama, ini keren," kata Cole yang merupakan kandidat doktor di Cornell University, AS.
Namun, perlu ada alasan atas fakta yang menunjukkan batuan tersebut berasal dari komposisi sama, tapi kenapa kemudian mengalami oksidasi hingga membuat mereka berbeda satu sama lain. Mengenai perubahan ini, Cole berhipotesa batuan kuno tersebut terkena uap air asam dari erupsi gunung berapi, atau sama dengan kabut vulkanik korosif.
Disebutkan, saat kabut Mars itu mendarat di permukaan batu, maka berakibat membubarkan beberapa mineral pada batuan dan membentuk gel. Selanjutnya, air menguap meninggalkan agen penyemenan yang mengakibatkan gumpalan.
Temuan itu mendapat dukungan dari hasil riset pada 2004. Penelitian lebih dari satu dekade lalu menunjukkan batuan kuno Mars terkena asam, sehingga mereka kehilangan struktur kristal, seperti yang ditemukan dalam studi Cole.
Perubahan batuan kuno itu juga dipengaruhi oleh iklim mikro. Saat gel hadir pada bebatuan tergantung pada seberapa banyak sinar Matahari dan angin yang memapar batuan. Disebutkan pada batuan yang punya kadar perubahan lebih, punya gumpalan yang lebih besar. Cole mengatakan batuan yang berubah itu setidaknya lebih cerah dan punya lereng lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar